Kenal Aku? mari baca agar kau tau setidaknya sedikit tentang aku
Sini aku perkenalkan tentang masa lalu ku.
Mungkin beberapa dari kalian sudah kenal aku dari jauh sebelum aku mulai menulis.
Awalnya aku suka menulis karena aku tidak punya tempat mengekspresikan segala bentuk emosi dari dalam diriku.
Berlanjut hingga aku menemukan satu cara mengekspresikan setiap kejadian, dengan menulis.
Dulu...
Aku pernah menjadi manusia paling bodoh di antara teman-teman ku, bahkan aku pernah mendapat peringkat kelas terakhir, hari itu aku benar-benar malu, tapi orangtua baik sekali, beliau tidak marah beliau hanya mengatakan aku harus lebih rajin belajar.
Saat itu aku bertekad untuk menjadi pintar, setidaknya otak ku harus setara dengan teman-teman ku, singkat cerita aku menjadi sosok yang berbeda, aku mulai rajin belajar, aku mulai menghafal, bahkan aku rajin dalam pekerjaan di rumah.
Aku ternyata berhasil meraih peringkat meski hanya sepuluh besar, tapi itu cukup membanggakan bagiku, sebab aku baru pertama kali dalam hidup mendapatkan peringkat 10 besar.
Aku semakin Semangat semakin ingin menjadi lebih baik terus setiap harinya, ya ternyata peringkat ku meningkat menjadi peringkat 5 peringkat 4 ,bahkan waktu SMA aku berhasil mendapatkan peringkat 3 , peringkat 2 dan 1, itu adalah sebuah pencapaian baik yang benar-benar pernah aku coba dengan kerja keras.
Sejenak aku berfikir apa iya dengan hanya menjadi manusia pintar aku bisa bersaing dengan orang-orang di luaran?
Dan terbukti saat aku mulai kuliah di salah satu universitas bergengsi di kotaku aku bukan apa-apa, aku hanya sekecil-kecil nya manusia yang mempunyai sedikit kemampuan, bahkan saat di tanya soal bakat aku tidak menjawab bakat ku apa.
Aku terus berfikir apa aku punya bakat?
Apa yang bisa aku lakukan selain menyulitkan orang lain :).
Waktu itu terngiang terus di kepalaku tentang apa bakat ku.
Kebetulan saat itu juga aku sedang ada masalah tentang percintaan, tentang bagaimana sakitnya aku di lupakan seseorang dengan alasan yang benar-benar tidak bisa aku terima, terus menerus aku menangis seolah aku menjadi menusia bodoh yang tidak bisa hidup tanpa cinta, tapi aku berfikir lagi aku ini mahasiswa aku ini pintar masa aku lebih bodoh dari cinta yang tidak bernyawa?
Aku terus mengutuk diri sendiri mengapa aku bisa menjadi manusia bodoh seperti ini. Sesak sebenarnya tapi aku tidak suka bercerita membagi hal yang menyakitkan dengan orang lain.
Kemudian disana aku mulai mencoba menulis,
Semua tulisan ku awalnya acak-acakan,
Tidak ada tulisan yang bagus.
Dan secara tidak sengaja teman ku membaca salah satu paragraf yang aku tulis dalam catatanku.
Bunyinya seperti ini
" Bagian terbodoh manusia adalah ketika ia merasa bahwa ia tidak bisa hidup baik tanpa kekasih, padahal ketika kita menoleh ke belakang, jauh sebelum kita mengenal cinta jelas kita hidup dengan baik ? Bodohnya kita dimainkan oleh perasaan yang kita buat sendiri, kau tahu kenapa? Sebab rasa sakit jika tidak ditangani dengan baik, ia akan terus membusuk menjadi lebih buruk, maka darisitu tangani setiap rasa sakitmu dengan diri sendiri dan jadikan dirimu sendiri sebagai obatnya dengan begitu kau tidak butuh orang lain untuk menjadi obat"
Katanya tulisan ku ringan, aku disuruh terus menulis mengekspresikan setiap cerita dengan karya, mengekspresikan rasa sakit dengan goresan tinta yang bernilai rupiah.
Akur tasa itu adalah sebuah kata-kata berantakan yang berhasil mengantarkan ku berjuang hingga sekarang.
Aku berhasil membuat buku yang tentunya isi bukuku masih berantakan, tapi aku bersyukur bisa menuntaskan nya, aku juga punya beberapa situs web tentang tulisan ku dan Alhamdulillah banyak orang membaca dan suka dengan apa yang aku tulis.
Aku senang menjadi manusia berguna, untuk orang lain.
Tentu tidak hanya itu ada banyakk sekali hal yang menghambatku , menghambat setiap sesuatu yang aku kerjakan, tapi aku masih bisa melanjutkan perjuangan ku dengan baik berkat Allah dan doa ibuku serta orang-orang baik yang datang silih berganti.
Eh ini belum selesai tapi nantilah kita lanjut lagi ya...
Sampai jumpa 👋🤗
Komentar
Posting Komentar